Selesai 2011
Dari kota Medan melalui Brastagi, sekitar 100 km perjalanan
darat ke arah barat daya terdapat sebuah danau kecil di kaki Gunung Sinabung. Danau
yang dinamakan Lau Kawar ini terletak pada ketinggian 1500 meter di atas
permukaan laut. Dengan pemanasan global yang terjadi saat ini, suhu di Lau
Kawar ini relative masih dingin untukukuran daerah tropis. Di siang hari temperature
berkisar 20⁰C,
sedangkan di malam hari bisa mencapai rata-rata 16⁰C bahkan kadang 10⁰C.
Google Earth 2013. Kiri : Gunung Sinabung, Danau Lau Kawar dan lokasi villa. Kanan : Massa villa dibawah pepohonan |
Lepas dari Brastagi, lansekap pertanian Karo adalah wajah khas yang akan ditemui sepanjang sisa perjalanan. Puncak keindahan alam seakan terpapar begitu saja setelah disembunyikan melaui jalan berliku. Bagi yang pertama kali datang, sangat disarankan untuk sampai ketika hari sudah gelap untuk mendapatkan pemandangan yang mengejutkan di pagi harinya.
Kiri : Danau Lau Kawar dengan latar belakang sebagian dari hutan lindung Leuser. Kanan : Lokasi villa |
Bagaimana mesti memulai membuat sesuatu di tempat sebagus ini? Seperti tidak ingin membuat sesuatu di situ karena semua seperti sudah lengkap adanya. Tapak yang dipakai memakai bekas villa lama yang diperpanjang sedikit keluar dari rumpun keteduhan cemara angin.
Massa bangunan yang tersembunyi |
Dari arah bukit di atasnya, yang akan nampak hanyalah ujung
massa bangunan menyeruak dari pepohonan. Sifatnya yang tersembunyi akan menjaga
lansekap alamiah yang ada tampil sebagaimana adanya. Setting ini membuat
privasi pengguna villa lebih terjamin disamping perolehan view yang maksimal ke
arah danau. Arah ini secara kebetulan juga berorientasi terhadap datangnya
matahari pagi.
Air di tempat tinggi (Lau Sakaten) bertemu secara visual dengan air danau Lau Kawar |
Sementara itu, sebuah mata air yang telah berada di situ sejak dahulu dibiarkan sebagaimana adanya. Sebuah kolam untuk terapi air dingin diletakkan di dekatnya dengan meminjam aliran mata air tadi. Kolam ini dipakai untuk menyatukan air pada bagian atas ini secara visual bersambungan dengan air di danau. Cara yang sering dilihat di banyak tempat lain ini menjadi berarti khusus di sini karena sesuai dengan nama mata air Lau Sakaten yang berarti air di tempat tinggi.
Massa yang berada diantara lansekap, air dan pepohonan. Kanan : Teras menghadap danau |
Ada dua teras yang memanjang sebagai bagian massa bangunan. Teras yang menghadap danau relatif merupakan area yang statik dan perpanjangan dari ruang-ruang tidur dan ruang duduk. Bagian yang paling besar dan terbuka bisa digunakan untuk menyalakan api unggun. Teras yang yang ada di sisi lain merupakan area sirkulasi yang menghubungkan dapur dan tempat makan, kolam serta area perkemahan di samping barat lokasi villa.
Massa bangunan yang terjadi adalah bagian dari keseluruhan
realitas air, pepohonan, dan cahaya yang bergerak. Ia terjadi dari sesuatu yang
ringan dan atau menangkap gejala alam yang bersentuhan dengannya. Bahan yang
pertama kali digunakan adalah batu-batu yang berada dalam lahan. Batu ini digunakan
sebagai struktur bawah dan dinding yang masif. Gejala alam yang terjadi adalah
tumbuhnya lumut dan organisme lainnya di bagian permukaan.
Atap yang menangkap panas siang hari |
Bahan-bahan yang didatangkan dari luar lokasi sebisa mungkin
yang ringan atau yang mampu dipakai sebagai alat menangkap gejala alam. Besi
siku dipakai sebagai struktur atas. Kaca untuk dinding atau pintu jendela yang
membutuhkan transparansi hubungan luar dan dalam bangunan. Kain dan tirai untuk
penghangat dan pelunak bahan-bahan yang dingin dan keras. Pantulan pepohonan
pada kaca membantu bangunan untuk lebih membaur dengan sekitarnya.
Atap yang menangkap gejala alam |
Bagian terpenting dalam bangunan ini adalah atap. Atap
dipakai sebagai penangkap gejala alam yang paling dominan membentuk kualitas
ruang dibawahnya. Selain untuk menangkap panas sepanjang hari, atap fiber
gelombang sekaligus menangkap bayang pepohonan serta daun cemara kering. Gerak
angin yang tertangkap dari bayangan pohon, gerak matahari dari pagi sampai
sore, gerak daun yang bergerak di permukaan atap adalah sebagian dari gejala
alam yang terekam dalam ruang di bawahnya. Arsitektur mendudukkan dirinya
sebagai latar atau kanvas dari alam sekelilingnya.
Rekaman gerak perubahan cahaya, pantulan, material pada atap pada dasarnya mengambil dari realitas yang ada |
Arsitek : Adi Purnomo
No comments:
Post a Comment