Wednesday, August 14, 2013

Sekolah Maria Regina

Selesai 2009.

Sekolah ini menempati lokasi di ujung dua buah perumahan baru yang belum memiliki fasilitas pendidikan. Lahan terletak pada sebuah ketinggian kontur di atas area perumahan tadi. Apapun yang terwujud pasti akan sangat terlihat dan mau tidak mau menanggung beban menjadi landmark. Sementara itu, luas lahan yang ada sangat terbatas 3.000 m2 dibandingkan dengan program ruang yang dikehendaki. Kebutuhan yang harus dipenuhi adalah Pra TK dan TK sebanyak 6 kelas, SD sebanyak 12 kelas dan SMP sebanyak 6 kelas. Kebutuhan pendukung adalah kelas ekstra kurikuler dan laboratorium sebangyak 6 modul kelas beserta ruang guru ruang meeting dan administrasi. Dalam hal ini, membangun secara vertikal tidak mungkin untuk dihindarkan.
Ekspresi sirip-sirip vertikal pada bangunan sekolah
















Dengan besaran massa dan letak ketinggiannya, ekspresi bangunan sebaiknya sesuatu yang netral supaya tidak mendominasi lingkungan sekitar. Pola vertikal dipakai untuk 'membuang' perasaan massa yang menekan menjadi sesuatu yang tumbuh ke atas dan menggapai langit. Pola ini dipakai sebagai sirip pengarah view dan sinar matahari untuk tidak masuk secara langsung ke ruang dalam. Ketika pepohonan mulai tumbuh besar nanti, bangunan ini seolah-olah akan mempunyai energi yang sama dengan gerak tumbuh tadi. Warna bangunan dipilih mendekati warna tanah supaya tidak membuat silau dan menonjolkan diri.

Massa bangunan sekolah dilihat dari salah satu lahan perumahan























Untuk itu, TK harus berada di lantai dasar guna mendapatkan aksesibilitas keluar secara langsung sehingga dalam keadaan darurat mudah dilakukan evakuasi. SD kelas 1,2 dan 3 yang berada di atasnya masih mendapatkan akses langsung keluar juga dari arah sebaliknya. Sementara SD kelas 4,5 dan 6 berada diatasnya lagi, beserta ruang fasilitas tambahan semacam laboratorium dan ruang ekstra kurikuler.

Konfigurasi yang sama dengan SD kelas 4, 5 dan 6 juga terjadi di ruang-ruang kelas untuk SMP. Karena lahan yang terbatas, lapangan upacara digantikan di lantai paling atas karena yang memerlukan lahan upacara adalah anak SD kelas 4,5,6 dan SMP. Dengan cara ini, anak-anak yang lebih besar saja yang akan memakai jalur-jalur sirkulasi vertikal.

Lapangan upacara kelas 4, 5, 6 dan SMP yang berada di atap bangunan













Aksesibilitas adalah hal yang krusial dengan rancangan sekolah dengan 4 lapis lantai. Entance harus diletakkan pada tempat yang paling tepat. Entrance TK ada di bagian kontur yang lebih rendah, sedangkan entrance SD-SMP ada di sisi lain yang lebih tinggi seperti dijelaskan pada akses darurat sebelum ini. Saat ini akses masuk SD dan SMP masih cukup layak panjangnya. Sementara, di bagian TK masih terlalu pendek dari standar karena perubahan yang dilakukan saat konstruksi. Entrance ini nantinya akan berpindah saat dilakukan pengembangan sehingga mendapatkan akses antrian penjemput yang cukup.

Area Entrance untuk SD dan SMP























Void utama yang pada awalnya dirancang sebagai ruang luar, pada akhirnya ditutup karena hujan dengan angin membuat area sirkulasi disekitarnya menjadi basah. Dengan menyisakan lubang ventilasi yang cukup, ternyata void ini bisa menjadi generator penarik udara panas. Penutupan ini sekaligus bisa menambah area bermain indoor bagi TK dan Pra-TK.

Void utama
















Sirkulasi vertikal terjadi dalam tiga buah mode. Pertama adalah tangga, kedua adalah ramp dan ketiga adalah elevator untuk barang-barang. Moda sirkulasi vertikal ini hanya akan dipakai untuk area SD kelas 4,5,6 dan SMP. Sedangkan area SD kelas 1,2,3 dan TK/Pra TK tidak memerlukan sirkulasi vertikal.

Sirkulasi ramp di void utama dan tangga di bagian depan
















Pencahayaan alami dipertimbangkan sebagai upaya penghematan biaya operasional sekolah. Ekspresi sirip vertikal mempunyai fungsi memasukkan cahaya tanpa harus memasukkan sinar secara langsung. Selain itu sirip ini juga mengurangi tingkat silau di dalam ruangan serta mengarahkan view lebih terbatas. Pada bagian yang menhadap dalam, dinding kelas tidak dibuat tinggi penuh supaya bias cahaya dari void masih membantu mencapai intensitas cahaya yang diperlukan.

Sirip-sirip vertikal pengarah view dan penghambat sinar masuk secara langsung. Kanan : Bias cahaya dari void utama










Dalam segala keterbatasan pemanfaatan lahan, sifat puitik cahaya terhadap pembentukan kualitas ruang masih dilakukan. Matahari pagi yang masuk, dipakai sebagai bahasa menyambut kedatangan anak-anak untuk memulai kegiatan di sekolah ini. Sebuah hari baru akan dirasakan lebih bersemangat terlebih saat cuaca cerah.

Hall sekaligus area sirkulasi dan ruang serbaguna yang selalu mendapat cahaya pagi hari.























Arsitek : Adi Purnomo
Gambar Konstruksi : Dwiatmoko (Desa Asri)
Struktur : Sentra Reka Struktur, Jakarta
M+E : Tim Tiga, Solo
Kontraktor : Waringin Megah, Surabaya

1 comment:

  1. interesting massing,how space can be defined nicely by ray shade shadow,...

    ReplyDelete